Tidak hanya guru, bahkan menteri pendidikan pun tampaknya selalu berada dalam kekhawatiran dan kecemasan yang berlebihan dalam mengelola kurikulum nasional. Saking takutnya, hingga beliau seringkali melakukan dan mengulangi program-program yang gagal dan memperburuk keadaan seperti Ujian Nasional.
Namun pembahasan kita bukan pada aspek kurikulum atau kinerja pendidikan secara luas. Saat ini kita akan membahas bagaimana menjadi guru sederhana, berpikir sederhana tanpa dibebani rasa takut berlebihan. Namun justru kesederhanaan itu yang akan membawa manfaat dan kemauan belajar bagi siswa.
Apakah anda percaya itu bisa dilakukan?
Salah satu yang dapat saya tawarkan untuk menjadi guru sederhana adalah dengan menggunakan pola berpikir John Dewey dalam melihat dan memperlakukan anak didik. Dewey (dalam Habibi, Pengantar Teori Belajar, 2013) menjelaskan tiga fase manusia dalam belajar yaitu fase main (orientasi aktivitas untuk kesenangan), fase kerja (orientasi aktivitas untuk hasil nyata) dan fase simbol (orientasi aktivita untuk prinsip atau nilai yang dipegang).
Mengetahui tiga fase itu dapat membuat guru secara sederhana menyesuaikan proses mengajarnya dengan karakter para siswanya. Terkadang, keinginan positif yang berlebihan terhadap siswa justru berakibat negatif apabila tidak disesuaikan dengan karakter dasar yang siswa miliki. Dengan demikian menjadi guru sederhana akan membawa anda pada kemudahan dalam proses mengajar ataupun perkembangan jiwa anda sendiri.
Selamat mencoba!
Kasus untuk dipikirkan:
Dapatkan anda merenungkan bagaimana cara termudah untuk menyesuaikan karakter pelajaran kita dengan karakter siswa seperti pada teori Dewey di atas? Mari kita berbagi.
Zaman sekarang, murid-murid sedang galau akan masa depan pendidikannya, bahkan guru pun demikian, banyak-banyak yang pusing mau dibawa kemana pendidikan ini. Pendidikan ibarat mobil yang sedang dikemudi oleh guru yang profesional. Siap membawa muatannya ke tujuan yang benar dengan cara yang ikhlas.
BalasHapusGuru sederhana adalah sosok yang paling ditungguh dalam pengemudian pendidikan ke depannya. Alhamdulillah, sudah banyak guru-guru yang ikhlas mengajar anak-anaknya, memberikan tausiyah menyentuh, mengarahkan anak untuk mentauhidkan Alloh, jauh dari kesyirikan, dan jauh dari bid’ah. Mereka inilah guru-guru yang sedernaha. Karena dengan berjalannya mata ajar, mereka guru sedernaha itu tetap mengajak anak muridnya untuk taat kepada Alloh, sebagai pencipta-Nya. Dan taat kepada Rosululloh shollallohu alayhi wasallam.
Orang yang ikhlas adalah seseorang yang tidak peduli meskipun semua penghargaan atas dirinya hilang demi meraih kebaikan hubungan kalbunya dengan Allah, dan orang tersebut tidak ingin apa yang ia lakukan dipamerkan walaupun sebesar bizi zahrapun. Untuk mendapatkan keikhlasan itu sangatlah sulit untuk kita raih, karena rintangan dan cobaan selalu timbul dalam hati kita, bahkan banyak guru-guru sekarang ini mengajar hanya untuk mendapatkan gaji saja agar supaya dapur bisa mengebul.
sederhana tidak semudah apa yang kita fikirkan, tidak semudah apa yang kita lafalkan, tetapi akan mudah kalau kita renungkan dan aplikasikan. yang penting kita berusaha, tawakal.
BalasHapusmenjadi guru tidak mudah dan tidak sulit.akan tetapi untuk saat ini banyak guru yang memiliki paradigma yang sesat, guru yang selalu dihantui dengan kegagalan dan kegalauan.sehingga memilih jalan yang cepat tetapi berakibat fatal.(pembaca pasti bisa mengira-ngira apa ini?)guru sederhana adalah guru yang berusaha dan tawakal serta do'a dalam mentransfer ilmu. yakin dan ikhlas dengan apa yang ia kerjakan.
Inayatul Ulya
BalasHapusMenurut saya, sebagai seorang guru memang seharusnya dapat menyesuaikan materi pelajaran dengan karakteristik siswa, karena jika kita mengajar tanpa menyesuaikan dengan karakter siswa maka pelajaran itu akan sulit untuk diterima atau dipahami oleh siswa.
Biasanya guru dalam mengajar harus memperhatikan kemampuan kognitif siswa. karena jika kita mengajar siswa SD lalu guru dalam menjelaskan seperti mengajar anak SMP atau SMA maka hal itu akan berakibat fatal. oleh karena itu cara termudah untuk menyesuaikan materi pelajaran dengan karakteristik siswa yaitu:
1. memperhatikan usia siswa yang kita ajari. jika kita mengajar anak SD maka biasanya anak SD itu masih dalam fase main, sehingga dalam mengajar sebaiknya diselingi dengan permainan yang membuat pikiran siswa itu lebih fresh dan semangat untuk belajar. begitu juga dengan anak SMP, biasanya siswa SMP sudah tidak suka lagi dalam bermain, namun mereka lebih suka jika di ajak untuk unjuk kerja yang menghasilkan hasil yang nyata. hal ini sesuai dengan teori dewey diatas bahwa ada tiga fase manusia dalam belajar yaitu fase main, fase kerja dan fase simbol. oleh karena itu guru harus kreatif dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa. selain itu, materi yang disampaikan oleh guru akan sulit dipahami oleh siswa jika guru dalam mengajar tidak ikhlas, karena dengan hati yang ikhlas itulah ilmu akan bermanfaat sehingga siswa juga akan lebih mudah dalam menerima materi pelajaran yang disampaikan guru.
Agustina Ningsih
BalasHapusMenurut saya, cara termudah yang harus dilakukan oleh seorang guru ialah dengan mengenali karakter siswa itu sendiri. Setiap siswa pasti memiliki karakter yang berbeda dalam belajar. Kemudian cara selanjutnya yaitu kita harus mengetahui psikologi anak, kalau seperti anak SD cara penyampaiannya jangan seperti menyampaikan kepada siswa SMP karena paradigma dan cara berpikirnya berbeda seta tingkatannya pun berbeda. Pada umumnya anak SD masih sibuk dengan aktivitasnya sendiri meskipun ada gurunya maka dari itu guru dalam mengajar membuat metode yang sesuai dengan kognitif dan kemauan/kebiasaan siswanya agar siswa senang dan mudah memahami materi yang diajarkan. Selain itu, guru dalam pembelajaran juga jangan terlalu serius dan juga jangan terlalu bergurau. Lebih baik dalam menyampaikannya serius tapi diselingi dengan bergurau agar siswa tidak merasa bosan dengan apa yang disampaikan oleh guru.
setiap manusia memiliki karakter yang berbeda-bada.Namun, pada dasarnya dalam fase tertentu manusia memiliki dasar karakter yang sama. seperti yang dikatakan jonh dewey bahwa ada tiga fase dalam belajar. hal yang pertama kali kita lakukan untuk menyesuaikan pelajaran dengan karakter siswa yaitu kita harus memahami karakter siswa berada dalam fase apa.setelah itu, menkaji materi pelajaran yang akan kita berikan. maksudnya bagaimana karakter materi yang akan kita ajarkan. misalnya kita memberi pelajaran terhadap anak SD yang pada umumnya masih berada dalam fase bermain. kita sebisa mungkin menyampaikan meteri dalam bentuk permainan (bermain sambil bnelajar). jika tidak memungkinkan kita tetap mengajar dengan metode yang emnyenangkan dengan diselingi permainan yang menghibur.
BalasHapusmenurut saya, cara untuk menjadi Guru sederhana yaitu dengan menyesuaikan dengan karakteristik siswa. karakter siswa ini harus kita ketahui dengan cara mengenali siswa lebih mendalam lagi. dan setelah itu, kita juga melihat siswa itu berada pada fase apa, apabila siswa masih berada pada fase bermain,sebisa mungkin kita mengajar diselingi dengan permainan. sebab apabila guru mengeajar sesuai dengan keinginan siswa pasti siswa juga senang mengikuti pelajaran. tapi guru juga jangan lupa di sela bermain,juga bisa memotivasi siswa agar rajin belajar. dan biasanya siswa bisa menangkap pelajaran ketika kita mnjelaskan sesuai dengan kenyataan. maksudnya,kita membawa dunia luar sebagai sarana menyampaikan pembelajaran agar siswa itu mengerti. dengan kata lain, kita mengajar dengan cara kontekstual.
BalasHapusMenjadi Guru sederhana tidaklah mudah, karena guru sederhana ini bukanlah guru yang apa adanya namun guru yang bisa membimbing, mengarahkan, dan mengerti apa yang diinginkan siswanya. Seorang guru sebaiknya mengetahui sifat atau karakter siswanya dan mempelajari bagaimana agar pelajaran yang diajarkan bisa disukai dan dipahami oleh siswa. Mengajarkan materi disesuaikan dengan tingkat psikologi perkembangan siswa, artinya jangan mengajarkan dengan bahasa yang tinggi, kurang dimengerti ataupun dengan metode pembelajaran yang bermacam-macam namun membebani siswa maupun guru itu sendiri. Hal ini sesuai dengan teori John Dewey bahwasanya untuk menjadi guru sederhana memperhatikan 3 fase yaitu fase main, kerja dan simbol. Dengan demikian, guru dapat memilih salah satu fase tersebut untuk diaplikasikan sesuai karakter dasar yang dimiliki siswa.
BalasHapusMenurut saya, cara untuk menyesuaikan pelajaran dengan karakter siswa seperti pada teori Dewey yaitu: menyesuaikan proses mengajar dengan karakter siswa dalam artian siswa masuk ke dalam fase pertama, kedua atau ketiga, selanjutnya sabar dalam proses mengajar (melatih pemahaman siswa), mungkin bisa diselingi dengan cerita yang lucu karena dengan cerita yang lucu ada aktivitas kesenangan (untuk siswa SD dan SMP), tujuan lain agar siswa bisa menyerap materi dengan baik segala yang telah diajarkan dan tidak merasa bosan serta jika memberikan contoh-contoh sesuai dengan yang ada di lingkungan sekitar agar mudah dipahami.
Menurut saya, untuk menyesuaikan karakter pelajaran dengan karakter siswa maka kita sebagai calon guru, hal pertama yang harus dilakukan adalah berusaha untuk memunculkan motivasi intrinsik pada diri kita sendiri. Kemudian, mempelajari 3 fase yang telah disebutkan oleh John Dewey secara mendalam karena dengan begitu dapat memberikan motivasi pada siswa mengenai pelajaran yang akan disampaikan. Dengan demikian, kemungkinan besar kita dapat memunculkan motivasi intrinsik pada diri siswa untuk belajar. Akan tetapi, dalam mempelajari dan kemudian mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran harus senantiasa menjalaninya dengan penuh kesabaran.
BalasHapusRuka’iya (712.7.1.0183)
BalasHapusAssalamualaikum wr.wb
Menurut saya, seorang guru itu harus memiliki kesungguhan untuk mengajar siswanya dengan ikhlas, artinya benar-benar diniatkan dalam hati. Dalam proses mengajar sebaiknya ada motivasi-motivasi yang dapat membuat siswa merasa nyaman dan mudah menerima materi yang diberikan, tentunya untuk memotivasi siswa tersebut juga penting dalam proses belajar berlangsung. Selain itu seorang guru harus memahami naluri dan mengenal karakter siswanya. Hal itu dikarenakan untuk menjadi guru sederhana seperti yang telah disampaikan bapak habibi bahsawanya kita harus menyesuaikan proses mengajarnya dengan karakter siswanya yang berbeda-beda. Kemudian seorang guru itu harus menjadi vigor bagi siswanya. Misalnya ketika kita hendak menyuruh sesuatu hal yang berbau kebaikan, hendaknya seorang guru harus memberikan contoh terlebih dahulu. Dalam konteks ini setidaknya, seorang guru harus bisa mencintai pekerjaannya(mengajar) senada dengan apa yang dikatakan filsuf bahwa “Do what you love, and love what you do” artinya lakukanlah apa yang kamu cintai, dan cintailah apa yang kamu lakukan.
Wassalamualaikum wr.wb.
affan wahyudi (712.7.1.0156)
Hapusbismillahirrahmanirrahim,
menjadi seorang guru mungkin kalau di fikir dalam fikiran sangat mudah sekali akan tetapi jika bener bner menjadi seorang guru kita akan mengalami sebuah rintangan yang begitu berat , seprti yang di alami oleh guru2 pada saat ini mereka selalu berfikir bagaimna cra menjadi guru yg baik sampai2 guru tersebut galau gimna cara nya menjadi guru yang baik dan tak pernah bisa menemukan cara menghadapi masalah yang di alami oleh siswa nya..
sebenar nya menjadi seorang guru yang baik bagi siswa kita cukup memantau dan mngetahui sikapdan karater siswa perseorangan setelah itu kita mencoba mengikuti karakter siswa kemudian kita memberikan masukan nasehat serta arahan untu mereka ke depan nya dan yang paling penting adalah bimbingan buat mereka seprti dalam teori dewey manusia mengalami tiga tahapan jika kita membimbing siswa meniru ala dewey otomatis kita tidak akan mengalami kesulitan seperti hal nya yang di alami oleh guru guru pada saat ini yang cukup kewalahan menghadapi krakter siswa pada saat ini
-Mila rosdiana-
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr.Wb
Menurut saya, menjadi guru yang sederhana yaitu dengan memahami dan mempelajari karakter dari setiap anak didiknya.Tentunya karakter setiap orang akan berbeda-beda.Oleh karena, itu tugas kita sebagai pendidik hendaknya dapat menyesuaikan karakter siswa dengan materi yang akan kita sampaikan.
Seperti kata dewey,bahwa manusia terbagi menjadi tiga tahapan:bermain,kerja dan simbol.Misalnya kita ambil contoh anak Tk, mereka masih berada dalam tahap play(bermain) jadi, cara kita menyampaikan materi yaitu dengan mengajak mereka bermain.Akan tetapi tugas kita adalah mengarahkan dan membimbing anak tersebut agar bermainnya tidak sia-sia.Selain ,mereka bermain mereka juga akan mendapatkan pengetahuan dari permainan tersebut.Kita sebagai pendidik tidak boleh terlalu memaksakan kehendak agar anak didik kita bisa belajar,karena belajar adalah sebuah proses yang tidak perlu dikekang.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
elok faiqoh (712.7.1.0162)
BalasHapusassalamualaikum wr wb
belajar dari perspektif mikro menurut dewey merupakan wujud dari aktifx tiga serangkai dalam diri anak yaitu pikiran sensasi gerakan dimana anak akan berinteraksi dengan berbagai aspek lingkungan eksternal nya.dorongan anak untuk berinteraksi dengan lingkungan luar akan segera membuat mereka melakukan action dengan cepat.
menuru saya untuk menjadi guru sederhana kita harus melihat karakter seorang anak ketika kita sudah bisa membaca karakter anak tersebut otomatis kita akan mudah kebelakang untuk bisa membimbing nya contoh saja anak yang baru masuk sekolah dasar tentu nya sulit sekali membimbing nya melakukan hal hal yang baik karna anak kecil masih belum bisa berfikir tidak sama dengan anak remaja dimana anak remaja kalau akan melakukan sesuatu masih berfikir hal itu baik ato tidak, jadi ketika kita sudah tau karakter anak itu kita gampang membimbing nya mau anak itu gimana yang jelas anak anak tidak perlu di kekang dan kita harus mengikuti karakter anak itu
Pembelajaran yang dilaksanakan guru pada saat ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru dimana pembelajarannya menitik beratkan pada kegiatan guru seperti ceramah dan pemberian tugas yang membuat siswa jenuh, karena guru hanya menjejali siswa dengan teori abstrak yang sulit di cerna serta mengharuskan siswa hanya duduk dari jam 7 pagi- jam 1 siang. Pembelajaran seharusnya memenuhi ketiga fase yang di paparkan oleh john dewey yaitu fase main (orientasi aktivitas untuk kesenangan), fase kerja (orientasi aktivitas untuk hasil nyata) dan fase simbol (orientasi aktivita untuk prinsip atau nilai yang dipegang). Pembelajaran sebaiknya lebih menitik beratkan pada aktivitas siswa, yaitu dengan mendekatkan siswa dengan alam karena jika siswa di dalam kelas siswa merasa terkurung, sehingga tak jarang mereka merasa bebas jika keluar dari kelas. Pembelalajarn yang mendekatkan siswa dengan alam selain membuat siswa merasa tidak terkurung pembelajaran yang langsung ke alam atau kearah kegiatan langsung ini akan meningkatkan penguasaan konsep dan membuat pembelajaran lebih bermakna. Sehingga 3 fase manusia dalam belajar yang dipaparkan oleh John Dewey terkofer dalam pembelajaran di atas.
BalasHapusassalamualaikum pak... sore,, :) (ngomen pada saat sore2 pak heheh)... saya setuju dengan karakter guru yang sederhana ... , pada intinya guru adalah motivator siswa dan cerminan seorang peserta didik kedepannyaaa,,, akan tetepi meyesuaikn karakter yang berbeda dri setiap murid lumayan sulit karena setiap orng karakternya berbeda akan tetapi smwanya bisa disatukan dengan cara membawa mereka kesuasana belajar yang lebih kondusif,menarik n kreatif maka mereka akan terpancing untuk mengikutinya dan mengerjakan bersama - sama sehingga kita bisa mendapatkan verivikasinya,,, aminn ,, :)
BalasHapusWooow,,, Great news...
BalasHapusSebenarnya Begitu banyak cara tapi seberapa kreatif guru-guru kita?
Saya pribadi tidak menyalahkan proses dari guru kita tentang kreatifitas mereka, Sebab ada banyak karakter dalam satu kelas, mungkin karena sudah begitu muaknya dengan kondisi yang setiap tahun tetap saja... Tak ada juga yang perlu disalahkan. sebab meski guru-guru kita memikirkan cara termudah nan ampuh, tapi tak dapat dukungan atau bahkan respon. So, wajar saja...
Cara sederhana? bagaimana ukuran kesederhanaan itu.
Jika hanya ke ikhlasan dan juga proses mengajar dan mendidiknya yang kita nilai. Masih banyak yang kurang terpenuhi, terutama "Ikhlas dan Mendidik",,, Itu saja, kapan-kapan aku balik lagi,,,, Biar sekarang aku mau merenung cara masa depan saya mengajar (Kalau tercapai)... Amin
assalamualaikum pak...
BalasHapusmenurut saya untuk menjadi seorang guru yang baik,sederhana dan sukses pastinya,,, bukan hanya mengenal karakteristik dari siswa siswinya,,, melainkan juga seorang guru yang baik itu harus memenuhi kualitas yang baik juga, di antaranya:
1. keyakinan
maksutnya,,setiap kenakalan siswa itu kan berbeda-beda dan untuk mengubah prilaku siswanya itu sangat sulit maka di situlah peran keyakinan atau percaya diri seorang guru timbul,dan saat itu juga sangat penting bagi seorang guru untuk tidak kehilangan ketenangannya atau kesabarannya.
2. pengertian
maksutnya,,yaitu dapat mengukur kualitas kemampuan pada diri siswanya. yang paling penting seorang guru harus berfikir dari sudut pandang siswa,ini tidak hanya membantu dalam perspektif siswa,tetapi juga memudahdahkan tugas mengajar
3. keasabaran
sama halnya pada point pertama, hanya saja di point ini mengacu pada pemahaman para siswa yang berbeda, ada yang langsung ngerti dan ada juga yang masih mengambang :),, jadi di sini peran guru harus bersabar untuk menuntun siswanya dengan sabar sampai mengerti
4. Kreativitas
seorang guru harus pintar-pintar untuk membuat metode dalam pembelajarannya itu menarik sehingga mengembangkan minat dan keingintahuan para siswa.
5. Semangat
seorang guru yang selalu antusias ketika sebelum memulai pembelajarannya selalu pasang wajah fresh dan memberikan sedikit pantun atau apalah yang membuat siswa ketawa(tidak tegang) maka para siswanya akan semangat juga mengikuti metode pembelajarannya.
mungkin itu saja pak..
trimakash...
AINUR RIJAL
BalasHapusKalaw menurut saya menjadi seorng guru tidak lahc mudah apalgi menjadi guru sederhana di zaman sekarang ini, guru yang bukan hanya di tugaskan sebagai seorang yg bisa menyalurkan ilmunya tapi juga kebanyakan menjadi pedoman bagi muridnya, dan jika saya lihat guru pada saat ini sangat sedikit yang benr-benar menjadi seorangt guru yang sederhana kebanyakan hanya lahc guru yang hanya menjalaankan tugasnya tpi mengharapkan imbilan yg berupa angka, saya merasa guru seperti tu masih kurang tulus apalagi jika harus di sebut sebagai guru sederhana.
jika dikaitkan pada teori dewey setiap manusia mempuyai tiga fase, nah sebelum kita melihat pada murid kita berada di fase apa? maka kita harus menguasai atau memiliki ketiga fase itu, saya takut kita sebagai seorng guru masih tidak mengusai tiga fase tersebut, sehingga terjadi lahc guru-guru yg kebanyakan terjadi pada saat ini. kalw menurt saya ke tiga fase itu apabila di kaitkan dengf seorng gru, ialah sebagi berikut:
1) fase bermain yang mengutamakan kepuasan. seorang guru harus bisa memberikan kepuasan pada muridnya, kepusan dalam memiliki ilmu yg telah di berikan dan kepuasan atas kelakuan seorng guru dalam menjalanjkan proses belajar mengajar. selama saya rasakn kebnyyaan saya tidak merasakn kedua kepuasan tersebut,
2). fase kerja di fase ini seorang harus mempuyai tujuan yang kongkrit. guru pada saat ini yg telah saya rasakn memang sudah mempuyai tujuan yg jelas tp sayang saya merasa tujuan itu mengarah pada tujuan yang salah(angka) tanpa menghiraukan tujuan yg lebih baik dari itu. kemudia saya juga sealumerasakn bahwa tujuannyahanya mengaraqh pda satu anak yg dia anggap mampu tidak mengarahpada tujan pada sema siswa.
3) di fase simbol ini sangatsedikit seorang guru yg menggunakannya dalam proses belajar mengajar, dan kebanyakan seorng guru yg mengunakanb fase ini adlh seorng guru yg sangat profesional dan lebih tulus lgi, tp sayng masih sedikt yg menggunakan fase ini.
kalaw saya lebih suka pada seorng guru yg menggunakan simbol atau istilah-istilah krn tujuannya menyeluruh pda semua sswanya da msh mengharuskan siswanya untuk berfikir lgi.
kalaw menurut saya seperti itu pak, kurang dan lebihnya saya mohon maaf.
SEMOGA BERMANFAAT.
"sebelum kita melihat diri orng lain mari kita lihat diri kita semdiri"
assalamualaikum wr wb
BalasHapusuntuk menjadi seorang guru harus bermodal kesabaran, keikhlasan dan pengertian. dalam melakoni peran sebagai guru, kita akan di hadapkan dengan banyak anak didik yang masing-masing dari mereka tentu mempunyai karakter yang berbeda. dalam situasi yang seperti ini mau tidak mau kita harus bisa menyesuaikan diri dengan mereka.
dewey mengemukakan bahwa tahapan belajar pada manusia itu ada 3, yang diantaranya adalah:
1 tahap main (play)
2 tahap kerja (work)
3 tahap simbol (symbols)
melihat dari 3 tahapan tersebut startegi yang seharusnya di gunakan berbeda dalam mengajar anak didik yang berada dalam tahapan/fase yang berbeda.
jika kita mengajar anak PAUD atau TK pastinya kita akan mengajar dengan bermain. karene secera umum mereka masih berada dalam fase main.jika kita mengajar anak SMA pastinya kita tidak menggunakan strategi mengajar sambil bermain seperti yang di lakukan pada anak PAUD.
menurut saya menjadi guru sederhana itu adalah guru yang bisa mengkondisikan dirinya dalam situasi apapun.
strategi yang bisa di gunakan untuk menyesuaikan pelajaran kita dengan karakter siswa yaitu dengan memahami karakter dari masing-masing siswa. jika anak didik kita berada dalam fase main berarti kita seharusnya mengajar sambil bermain, jika anak didik kita sudah berada dalam fase kerja, kita bisa mengajar dengan ceramah atau diskusi.
wassalam..................
assalamualaikum
BalasHapusmenurut saya menjadi guru sederhana itu tidak sulit seperti apa yang kita bayangkan, asal pada diri kita ada kemauan dan keinginan, sesuai dengan pendapat dewei dia menyebutkan fase belajar seseorang itu terbagi menjadi 3, dan setiap orang akan mengalami urutan berbeda pada fase tersebut, sehingga sebagai calon guru kita harus menyiapkan bermacam macam rencana
dan sebelum mengajar kita harus bisa memahami kira kira siswa berada pada fase apa sehingga dia senang dengan apa yang kita sampaikan sehingga mereka senang dan mengikuti apa yang kita sampaikan. dan kadang dalam satu jam saja anak mengalami perubahan , ada dan mau bermain atau yang lain maka kita gunakan rencana yang lain sesuai dengan keinginan mereka, sehinnga sampai berapa jam pun mereka tidak akan bosan.
mungkin itu saja pak, terima kasih
wassalamualaikum
Rendra el_Reinz....
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr. Wb
Mengenai pendidikan saat ini mungkin telah kita dengar berbagai kritikan. dan salah satunya adalah peran seorang guru yang dimana sosok inilah yang akan mengatur transfer ilmu yang dimiliki secara umumnya.
Akan tetapi, semuanya itu tentu tidak akan berjalan dengan keinginan sebelumnya tanpa dasar pengetahuan dan pengalaman seorang guru yang inovatif. menjadi seorang guru merupakan tindakan yang sangat mulia jika ditinjau dari sisi pengabdiannya. namun miris sekali jika hal itu tidak seimbang dengan kinerja seorang guru yang tidak mampu membawa anak didiknya menyesuaikan dan mampu mengembangkan karakternya.
menjadi guru sederhana mungkin sudah dilupakan bahkan tidak digunakan oleh berbagai lembaga. sebenarnya dengan menjadi guru sederhana kita lebih mengetahui peran, karakter, keinginan seorang anak didik dan mengembangkannya. mka dari itu tidak ada salahnya menjadi guru sederhana karena dengan itu kita lebih mengetahui waktu bermain, kerja, tahapan yang kompleks dari setiap manusia yang belajar.....
Wassalamu'alaikum Wr. Wb
Salam Damai (V)
KUKU INDA PRAWITASARI (712.7.1.0173)
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr. Wb
Menurut pendapat saya, ternyata menjadi guru tidak semudah apa yang saya fikirkan. Menjadi guru yang profesional bukan hanya pintar, pandai, dan bisa menguasai semua pelajaran. Tapi juga harus bisa menyesuaikan karakter kita sebagai guru dengan karakter siswa yang kita ajari. Cara yang bisa kita lakukan adalah kita harus bisa mendekatkan diri dengan siswa (masing-masing siswa bukan hanya sebagian), kita juga harus bisa mengetahui karakter atau kepribadian masing-masing siswa itu seperti apa(misal, pada saat ada siswa yang nakal kita harus mengetahui apakah anak ini akan berhenti nakal dengan cara dihukum apa dengan cara mereka diberikan perhatian apa nasehat ataupun sikap yang lembut), dan kita harus mengetahui mereka lebih suka dengan tahap yang mana diantara tahap main (play), tahap kerja (work), dan tahap simbol (symbols). Misalnya , Tahap main (play), yang kita harus lakukan adalah mengimbangi disetiap belajar dengan permainan (tapi permainan yang menyangkut dengan mata pelajaran apa yang kita ajari). Kalau mereka lebih suka pada tahap kerja ataupun tahap simbol yang ingin mereka lakukan terlebih dahulu , kita sebagai guru harus bisa memberikanya dengan sebaik-baiknya (pintar-pintar dalam memberikan apa yang mereka inginkan)
Selain cara-cara diatas, kita juga harus mempunyai hal-hal apa yang akan kita lakukan selanjutnya dalam mengembangkan cara belajar mereka agar siswa yang kita ajari bisa mengerti dengan materi atau pelajaran yang kita berikan, kita juga harus ikhlas (tabah and sabar) dalam mendidik siswa, kita juga harus memberikan perhatian yang lebih kepada mereka (misal, kita sebagai guru harus mampu menjadi teman curhat mereka karena kita adalah orang tua kedua mereka dalam lingkungan sekolah), dan kita juga harus memberikan contoh terlebih dahulu sebelum memberikan tugas kepada mereka. Dengan cara-cara itu kita bisa menyesuaikan karakter kita dengan karakter siswa…
Mungkin itu pendapat dari saya pak… terimakasih
Wassalamualaikum wr.wb.
Imam Gaselianto
BalasHapusMenurut saya menjadi guru sederhana tidaklah semuda yangkita fikirkan atau membalikkan telapak tangan kita,karna menjadi guru sangatlah sulit dimana kita di tuntuk untuk tlaten dan menguasi materi atau kita sudah mempunyai sekil sebelum terjun ke dalam pembelajaran..karna kalo kita mempunyai itu semua kita akan lebih mudah mengajarkan siswa-siswi kita dan kita bisa membimbing mereka untuk menjadikan mereka siswa-siswi yang berprestasi.akan tetapi jika kita liat di jaman sekarang banyak sekali siswa-siswi yang hanya duduk manis dikelas dan bermalas malasan,mungkin hanya satu dua anak yang bisa aktif dalam satu kelas..untuk itu para guru lebih ektra lagi menghadapi murid-murid sekarang ini,jadi untuk menjadi guru sederhana menurut saya sangatlah sulit.Kita liahat antara jaman sekarang dan jaman dahulu perbedaan nya sangatlah jauh dari segi niat untuk belajar,meski sekarang sudah canggi kebanyakan orang malas berfiki hanya mengandal kan copy paste saja.
Desy Ariesta Safriani (712.7.1.0160)
BalasHapusassalamualaikum wr wb
menjadi seorang guru hendaknyalah menjadi seorang panutan yang patut dicontoh oleh murid-muridnya, jadilah seorang guru yang menjadi sandaran bagi murid-muridnya, bukan malah menjadi seorang guru yang menyeramkan sehingga membuat murid menjadi takut kepadanya. menjadi seorang guru yang sederhana dan apa adanya itu juga merupakan dambaan setiap murid-murid.
tak sulit menjadi guru yang sederhana, cukup menjadi pribadi yang menyenangkan bagi siswa siswinya dan juga bisa menjadikan suasana menjadi kondusif dengan kekreatifan yang dibuat oleh guru, karena seorang guru yang profesioanal bukan hanya mampu dibidang akademik semata namun juga mampu menciptakan suasana kelas yang nyaman dan kondusif.
wassalam ..
Moh Imanuddin Baharsyah (712.7.1.0175)
assalamualaikum wr wb.
menurut saya menjadi seorang guru yang sederhana mungkin sudah menjadi keinginan semua kalangan seorang guru, menjadi seorang guru yang disenangi oleh siswa-siswinya bukan malah menjadi sosok yang menyeramkan dan sangat ditakutin oleh semua siswa siswinya..
seorang guru harus bisa membuat dirinya atau memposisikan dirinya dengan sangat baik tentunya dengan sikap yang baik pula ditengah tengah muridnya. dan juga selalu bersikap sederhana bukannya selalu menggurui muridnya.
terima kasih ..
wassalam ..
Siti Imaniyah
BalasHapusBerbagai devirasi menjadi pertimbangan krusial seperti malas,motivasi dan kemauan. Ini menjadi faktor prioritas yang harus didelesikan,tak mudahdan tak cukup kita memahami berbagai karakter maupun menset siswa.akan tetapi kita untuk menjadi guru yang berkontribusi besar bagi pencerdasan bangsa harus mampu beradaptasi dalam proses transformasi pengetahuan,berfikirlah sebelum kamu dari akar kemanusiawanmu siti imaniyah
Muhlihatus Shalehah 28April2013 09.40
BalasHapus(712.7.1.0177)
Assalamu'alaikum Wr.Wb
Menurut pendapat saya, metode belajar menurut John Dewey merupakan metode belajar yang cukup efisien. Dengan demikian anak didik mampu merespon apa yang diajarkan guru, baik dengan Play(main),contohnya: anak TK ataupun PAUD. Anak usia dini cepat sekali merespon apa yang diajarkan guru, dengan bermain sambil belajar, kita bisa memperkenalkan warna, angka, huruf dan sebagainya.
Yang ke dua Work(kerja), anak didik juga bisa kita beri latihan ataupun evaluasi, yang bertujuan mengingat kembali materi atau pelajaran yang kita ajarkan sebelumnya. Dengan demikian kita bisa menilai kemampuan anak didik, contoh: evaluasi yang baik yaitu kelompok, kita bisa membagi antar siswa laki-laki dan perempuan dalam beberapa kelompok. Selain untuk bekerja sama dalam tugas, tujuan kelompok adalah menjalin silaturrahmi antara anak didik.
Dan mengenai metode ke tiga yaitu symbols, dalam artian kita bisa memberikan hadiah atas hasil karya anak didik, berdasarkan tugas dan latihan yang kita berikan. Secara tidak langsung anak didik akan merasa bangga karena hadiah dari kita baik besar maupun kecil.
Jadi inti dari sistem yang dikemukakan John Dewey, sangat bagus dan efisien untuk kita terapkan.
Wassalamu'alaikum Wr.Wb
helliyatul matlubah
BalasHapusmenurut saya,cara menyuasaikan karakter pembelajaran (misalnya IPA ) dengan karakter siswa yang masih anak-anak yaitu kita harus bisa memberikan pemahaman kepada mereka bahwa pembelajaran ipa itu mudah dan mengasikkan, kita harus sekreatif mungkin membuat metode pembelajaran ipa mengasikkan karena langsung belajar dengan dengan melakukan pada kondisi sesungguhnya seperti saat mereka bermain sambil belajar, dengan catatan tidak membahayakan fisik maupun mentalnya. Pada saat kita memberikan atau menjelaskan suatu materi maka kita harus mampu membuat perhatian mereka tertuju pada kita misalnya menggunakan gambar-gambar atau dengan alat peraga. Biasanya, anak-anak akan lebih mudah pahan dan mengingat apa yang kita ajarkan jika yang diajarkan itu menarik dan menyenangkan.
Assalamualaikum Wr.Wb
BalasHapusMenjadi guru yang sederhana sangatlah di inginkan oleh banyak orang ( guru ),namun terkadang itu menjadi sulit jika kita tidak bisa menyesuaikan karakter pelajaran kita dengan karakter siswa seperti yang di kemukakan oleh Dewey yaitu, fase play (main), fase work (kerja), dan fase symbol. Untuk itu, kita harus mengetahui karakter dari masing-masing siswa agar kita nantinya mudah dalam menyesuaikan karakter pelajaran dengan karakter siswa. Terkadang ada siswa yang sukanya hanya main, tetapi kita dapat memberi pelajaran tersebut dengan cara bermain sambil belajar, itu akan membuat siswa lebih kreatif dan tidak bosan. Juga pada fase kerja dan symbol, kita harus bisa mengerti apa yang siswa inginkan agar kita lebih mudah ketika akan menyampaikan materi itu. Kita juga harus menjadi contoh yang baik bagi siswa-siswa kita, harus sabar , ikhlas juga pengertian.
Mungkin hanya itu dari saya pak,, terima kasih,,,
Wassalamualaikum Wr.Wb
Dewi Sartika ( 712. 7.1. 0161 )
BalasHapusAssalamualaikum Wr.Wb
Menurut pendapat saya, untuk menjadi guru sederhana tidak semudah yang kita fikirkan. Menjadi seorang guru harus mengetahui karakter dari siwanya. Karena setiap anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Maka dari itu seorang guru harus mampu memotivasi dan mendidik siswanya kepada perubahan yang lebih baik dan ketika guru memberikan materi, anak tersebut dapat memahami materi yang dijelaskan. Oleh karena itu, seorang guru juga harus mengetahui kelebihan dan kekurangan dari anak tersebut serta menyesuaikan anak tersebut berada pda tahap apa. Tahap main(play), tahap kerja(work), dan tahap symbol seperti yang dikemukakan oleh Dewey. Setiap anak pasti mengalami tahapan belajar. Melalui proses tahapan belajar itulah seorang anak belajar mengembangkan berbagai kemampuandirinya. Mungkin itu saja pendapat saya pak,, terima kasih,,,
Wassalamualaikum Wr.Wb
EVI MARDLATILLAH (712.7.1.0164)
BalasHapusAssalamu'alaikum Wr. Wb
Menurut pendapat saya, untuk menjadi guru sederhana bukalah hal yang mudah, kan tetapi seseorang guru harus bisa menyesuaikan mata pelajaran yang diberikan dengan karakter masing-masing anak didiknya. Tanpa hal itu bukanlah hal yang sangat mudah, kecuali dengan rasa sabar dengan ikhlas dalam mendidiknya.
Serta tidak lupa memberikan arahan dan motifasi agar anak didiknya tidak jenuh dalam menerima materi . Seorang guru yang sederhana mereka tidak pernah mengharapkan sebuah imbalan kecuali dengan kesabaran dan keikhlasan dalam mendidiknya sehingga kelak kan menjadi kebanggaan bangsa.
Oleh karena itu seorang guru sederhana cukup menjadi pribadi yang baik, serta bisa menjadi dambaan anak didiknya. Dan bisa menciptakan kelas yang kreatif dan kondusif dalam proses belajar mengajar.
Mungkin hanya itu pendapat dari saya pak .. terimakasih
Wassalamualaikum wr.wb.
HARFIN FAIS RAMADHAN
BalasHapus(712.7.1.0167)
assalamualaikum pak ...
saya setuju pak tentang tiga fase tersebut namun, saya lebih memprioritaskan pada fase kerja dan simbol seperti yang tertera diatas ... karena fase tersebut lebih memberikan gambaran kongkrit tentang dunia nyata. kenapa saya tidak memperioritaskan fase main karena jika seorang anak itu diajak bermain biasanya anak tersebut malah tdk ingn belajar melainkan bermain kehendak mereka sendiri ., memang benar belajar sambil bermain itu butuh tapi seperti pendapat saya tadi bahwa dalam proses belajar mengajar jangan terlalu banyak bermain kita lebih fokuskan kepada kerja nyata namun kita buat suasana itu tidak jenuh dan lebih menarik (kondusif),, dengan hal itu kita bisa mengarahkan siswa kehal yang real dan dapat memberikan verifikasi yang sebenarnya ,,,
Ach saifi
BalasHapusnpm:712.7.1.0155
Setelah saya renungkan teorinya dewey yang terkait dengan penyesuayan karakter siswa, yang sangat lah bagus, dengan tiga fase yang di ambil dalam bukunya habibi disni rasa ke kwatiran ataupun rasa takut yang ada itu takkan pernah ad, selain sederhana, kita juga mampu berfikir secara luas sehingga kita mampu mencetak siswa yang berkarakter baik, di tambah lagi dengan melatih bakat bakat yang ad dalam diri sisswa sehinnga dia dapat prestasi yang baik, Telah saya simak benag merah dala buku habibi di sini, bahwa teori yang dia ke mukakan menerapkan pola belajar yang baik, sehingga siswa bisa memilih teori belajar yang mana dia senangi, sehingga siswa tidak akn pernah bosan dengan teori teori belajar.
Cara termudah untuk menyesuaikan karakter yang harus kita terlebih dahulu di ketahui, harus tau kepribadian siswa sperti apa? dan dengan teori belajar apa dia lebih memahami, dengan seperti itu kita lebih cepat mencetak karakter siswa yang berprestasi,dan saya spendapat dengan teorinya dewe, dia sederhana tapi jelas.jadi kita sebagi calon guru harus memahami dulu cara belajar yang seperti ap yang di sukai siswa, baru itu kita terapkan pada siswa.
Marbella
BalasHapusMenurut saya, seorang guru merupakan pendidik profesional dan profesi yang sangat mulia, seorang guru tidak harus bisa mengajar,namun seorang guru menjadi sumber inspirasi bagi anak didiknya, bukan lah hal mudah, namun bukan tidak mungkin untuk dilaksanakan, seorang guru yang sederhana merupakan sosok yang paling di tungguh dalam pengembudian pendidikan ke depan nya.tidak sulit menjadi seorang guru yang sederhana, karena menjadi guru sederhana kita dapat mengetahui karakter,keinginan anak didik kita,karena seorang guru menguasai kurikulum namun juga mampu menciptakan kreatifitas dan kondisi kelas yang kondusif.
SITI UMMA (712.7.1.0185)
BalasHapusperan seorang guru sangatlah penting bagi anak didiknya, jika seorang guru tidak tau metode tentang yang mau dia paparkan maka kemungkinan besar tidak akan memberikan pengertian yang maksimal. menjadi seorang guru sederhana sangatlah sulit bagi saya karena tanpa pengalaman yang banyak sesuatu yang kita ingin capai akan sia-sia. Jadi dibutuhkan suatu proses untuk lebih baik kedepannya
Nur Hariri
BalasHapusmenjadi seorang guru sederhana seoerti yang di ucapkan oleh dewey tidak mudah apalagi kebanyyakan para guru sekrng adalah guru yang masih tidak memiliki ketiga fase tersebut. apalagi kita di anjurkan untuk bisa mengatuhi para siswanya pada fase yng mana
kita harus yakin dan sabar agar menajdi guru yg tulus
Rina Yusiyana
BalasHapusMenjadi guru yang sederhana menurut saya mudah bagi siapa saja yang mau untuk mewujudkannya, proses belajar mengajar memang tidak mudah seperti kita membolak balikkan selembar kertas karena di dalamnya seorang guru ataupun pengajar masih harus memahami pelajaran, karakter peserta didik, lingkungan sekitar dll.
bagi saya guru sederhana adalah mereka yang dapat memahami karakter, sifat, ataupun apa saja yang di inginkan peserta didik dalam proses belajar mengajar melalui cara pendekatan (seorang guru bersikap akrab dengan murid, berbaur dengan mereka akan tetapi masih memperlihatkan bagaimana seharusnya sikap seorang guru), guru yang cuek atau malah terkadang apatis (tidak peduli bagaimana siswanya dan hanya memenuhi kewajiban untuk mengajar saja) kebanyakan bukan disegani tapi malah di anggap sesosok orang yang sangat membosannkan sehingga ilmu yang dishare ke peserta didik itu kurang mendapatkan perhatian, jadi guru sederhana adalah mereka yang mampu berbaur dengan peserta didiknya, kemudian dari sana akan mengetahui karakter dari peserta didik lalu seorang guru akan lebih mudah mencari apa sebenarnya metode yang cocok untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar yang nantinya akan muncul respon bahwa " Belajar itu menyenangkan" (~_~)***
Riska Khairunnisa
BalasHapusMenurut saya, menjadi guru sederhana sangatlah sulit, karena kita bisa liat dikeseharian profil seorang guru yaitu benar-benar tlaten dalam menghadapi karakter siswa-siswi yang berbeda-beda karakter siswa-siswi nya,hanya saja kata sederhana nya yang kebanyakan orang bilang kalau menjadi guru sederhana itu gampang, akan tetapi jika kita terjun langsung kelapangan maka tidaklah segampang orang katakan, seorang guru di tuntuk harus ektra sabar telaten dan mempunyai sekil dalam materinya dan membimbing siswa-siswinya dalam proses belajar-mengajar.